Galuh Hati, Kemilau Intan dan Kisahnya dari Tempat


Judul Novel                 : Galuh Hati

Penulis                         : Randu

Penyunting                   : Sapuroh

Penerbit                       : Moka Media

Cetakan                       : 1, 2014

Jumlah Halaman           : 294 Halaman

ISBN                           : 979-759-816-7

Cover buku                 :



            Membaca prolog buku ini saya memiliki praduga bahwa buku ini bergenre motivasi ‘ala Laskar Pelangi dan buku semacamnya. Hal ini tak lain karena dalam prolog disebutkan tentang tokoh Gilardia Florens, atau cukup panggil dia Gil, yang tunagrahita tetapi cerdas dan bijak serta ceria (meskipun saya sedikit terganggu dengan Gil yang meski tunagrahita tetapi pikirannya dan tindakkannya melampaui si Abul). Tetapi setelah masuk ke dalam cerita kita akan disuguhi lebih dari itu, lebih dari cerita tentang mimpi seorang anak akan pendidikan tetapi ada juga intrik kejahatan, kisah cinta, dan gagasan tentang seharusnya anak Indonesia meneliti sebuah kasus agar lebih metodologis.


            Galuh Hati adalah sebutan untuk sebuah permata paling besar dan fenomenal dalam sejarah penambangan intan di Martapura, atau tepatnya di desa Cempaka, desa penghasil intan terbaik se dunia. Galuh berarti intan dan bagi orang Cempaka pantang menyebut intan dengan intan sehingga mereka selalu menyebut galuh. Melalui cerita tentang penambang intan ini kita diingatkan tentang kekayaan negeri yang beberapa kali dicoba diangkat dalam bentuk novel seperti Laskar Pelangi tentang pendulang timah, Maha Mimpi Anak Negeri penyadap karet, dan lain-lain. Tidak terlalu banyak digunakannya istilah atau bahasa Banjar dalam novel ini.


            Novel ini menceritakan tentang persahabatan dua orang anak bernama Abul yang penduduk asli Cempaka dan Gil yang pendatang. Abul yang dengan tak sengaja diceritakan tentang kisah masa lalu Kai Amak dan cinta segi tiganya dan sebuah rahasia dalam kisah itu yang tak rampung dicertiakan mendadak bingung tatkala keesokan paginya diberitakan Kai Amak telah meninggal. Gil yang meminta untuk diajak ke tempat pendulangan intan pun mulai terlibat dalam kisah pencarian Abul mengenai akhir cerita itu dan mitos desa Cempaka tentang Galuh Hati, sebuah intan paling besar yang pernah ditemukan oleh Antas, sahabat Kai Amak dan kekasih Sarah yang keduanya adalah segi dalam cinta segi tiga Kai Amak, Antas dan Sarah. Pada bagian pencarian kebenaran inilah yang ku senangi dan termuat pesan akan menyelidik dengan tuntas objek penelitian. Seperti hal yang pernah dialami Rendra dalam pendidikannya, yakni meneliti bagaimana sistem perangko beroperasi maka cerita ini juga mengajarkan hal yang sama untuk menyelidiki mitos Galuh Hati yang diambang kisah nyata atau hanya rekaan semata.


            Penyelidikan kedua detektif cilik ini mengarah pada hal yang sama sekali tak mereka bayangkan, sindikat perdagangan intan illegal yang ternyata didalangi Kai Amak dan dibantu Sari, sepupunya, yang telah berjalan puluhan tahun. Sedang kisah cinta berakhir dengan sebuah penderitaan Kai Amak yang hidup dalam penyesalan karena penghianatannya pada Antas dan Sarah serta sekaligus kesepian akibat ditinggalkan Sarah dan kedua anaknya. Hal yang juga mencengangkan adalah akhir cerita ini menyebutkan jika Antas masih hidup seperti biasanya dalam hidup sederhana dan tak terlihat dalam keramaian.


            Gaya penceritaan Randu bisa dikatakan maju mundur atau flashback karena memang cerita tentang kisah cinta dan intrik kejahatan ini dimulai di masa lalu. Dialognya mengalir meski ada beberapa pergantian dialog yang terkadang membingungkan untuk saya menentukan siapa tokoh yang sedang berdialog. Kesalahan pengejaan dalam pengetikan ditemukan dalam beberapa kata seperti wanita menjadi waita, meskipun tidak banyak. Satu hal lain yang mengganggu saya dalam novel ini adalah ketidak tuntasan cerita yang seharusnya menurut saya sedikit memberikan keterangan mengenai Gil yang saat diceritakan di prolog tetapi cerita hanya terhenti pada keterangan melanjutkan SMP. Tidak ada keterangan dia pindah kota, putus kontak, atau memang sudah tidak ada. Namun dari semua itu cerita dalam novel ini memang paling penting mengingatkan kita berulang kali untuk tidak serakah dan sederhana serta menunjukkan kita sebuah inti dari penelitian yakni observasi dan verifikasi kebenaran seperti yang dilakukan Abul dan Gil. Satu hal lagi, mimpi sederhana pun tetaplah mimpi, seperti mimpi Abul untuk mencerdaskan anak-anak Cempaka. Maka novel ini layak untuk dibaca sebagai sebuah pengetahuan baru tentang negeri penghasil harta paling bersinar dan pelajaran tentang kehidupan, seperti yang Gil katakana “intan tetaplah intan. Dia tidak akan menjadi biasa hanya karena berada di tempat berlumpur” halalam 136.

kamu bisa juga lihat artikel ini di link http://www.rimanews.com/read/20140514/150977/galuh-hati-kemilau-intan-dan-kisahnya-dari-tempat-yang-terlupakan

-Temukan Keleatan di setiap Lembarnya-
Lisvy Nael. fadL.

Komentar

Postingan Populer