Resensi, Silaturahmi dan Cerita Seru Book Eater


Sudah menjelang satu tahun sejak pertama kali aku mengetuk pintu dunia resensi. Ini aku tandai dengan acara yang dilangsungkan Mizan Publishing House dengan tema “Silaturahim Penulis dan Pegiat Sosial Media pada tanggal 29 Juni 2014 lalu.  Tanggal 29 Juni 2014 itu merupakan hari pertama puasaku, sedang teman-teman yang lain banyak yang mulai puasa di hari setelahnya, tanggal 30. Poinnya bukan itu –perbedaan hari mulai puasa- tapi lebih apa yang sudah aku pelajari di langkah-langkah yang telah aku susuri terutama dalam dunia kepenulisan.

Mendapat undangan lewat e-mail y
Temukan Kelezatan di Setiap Lembarnya!
ang dikirim oleh Mba Puche (Putri) selaku staf promosi Mizan dan perjalanan ke Jakarta pun direncanakan. Bersama teman-teman penggiat klub buku yang kita coba tumbuhkan, Booklicious, yakni Amin, Ridho dan satu teman peresensi dari Pulau Garam Madura, Mas Untung kami berangkat. Perjalanan yang sangat mengesankan dan tentu takkan terlupakan.

Diawali dengan kebimbangan antara antusias datang ke Jakarta dan pikiran tentang ribetnya ke Jakarta sampai H-3 belum ada konfirmasi pasti siapa saja pegiat Booklicious yang akan berangkat. Alasan ini menghambat proses perolehan tiket dengan kendaraan apa kita akan berangkat. Memutuskan untuk berangkat, akhirnya satu-satunya rute  yang dianggap akan lebih menghemat pengeluaran yang sisanya bisa kita simpan untuk menambal bolong pendanaan seusai acara Festival Penulis dan Pembaca tanggal 15 Juni, rencana ini justru menyedot banyak pengeluaran.

Karena tiket kereta rata-rata sudah habis terjual jauh-jauh hari, dan hanya tersisa tiket kereta untuk kelas eksekutif yang harganya bisa sampai enam ratus ribu rupiah, kita memilih berangkat lewat jalur Kediri-Jakarta. Estimasi Malang-Kediri menggunakan bis 2 jam, jadi seharusnya jika ingin sampai di stasiun sebelum jam 10 (kereta tujuan Jakarta yang akan kami naiki berangkat pukul 10 pagi) maka kita seharusnya berangkat paling tidak jam 7. Aku mengusulkan untuk berkumpul ke terminal Landungsari jam 5 pagi, tapi mereka meminta untuk kumpul jam 5.30, aku menurut. Tetapi mereka baru datang ke terminal sekitar jam 7 pagi.


at Kediri station
Berangkatlah bus Puspa Indah dengan tujuan Kediri yang membawa kita, tetapi setelah dua jam lewat bis masih melaju dan Kediri kota masih jauh. Estimasi dua jam ternyata salah! Jam sepuluh sudah menjelang dan Kediri masih satu jam lagi harus ditempuh. Tersenyum kecut kita tak bisa menghentikan laju bis atau kereta yang harusnya kita tumpangi. Pukul 11 siang barulah kami sampai di Stasiun. Oh My God! Tiket dengan total 900 ribu harus lenyap (hitng satu tiket sekitar 225 ribu). Merasa eman jika gagal ke Jakarta, jalan yang sedikit bikin malu pun kita tempuh, meminta uang sak dari penyelenggara untuk membeli tiket! Haha. Dan di sanalah kita menunggu kereta tujuan Jogja datang membawa kita ke Jakarta!  

at Jogjakarta station

Setelah menimbang, memperkirakan dan akhirnya kami memutuskan kami akan ke Jakarta via Jogja untuk menghemat biaya. Membaca dan belajar fotografi di kereta adalah yang kami lakukan. Jadi berkerta selalu menimbulkan sensasi asyik sendiri bagiku, begitu pun pada perjalanan kali ini. Oh ya, ada yang lucu dari cerita ini, kereta kami dari Jogja-Jakarta berangkat dari stasiun Tugu, sedangkan kita naik kereta Kediri-Jogja tujuan akhir stasiun Lempuyangan. Jadi kita harus keluar stasiun Lempuyangan menuju stasiun Tugu menggunakan taksi (opsi praktis dari pada naik becak, ojek, atau angkot).

reviewer buddies
Itu kali pertama aku memasuki stasiun Tugu, dan wow it’s impress me! Ternyata sudah banyak stasiun keren Menumpang kereta kelas bisnis, kami pun tertidur pulas karena Jojga-Jakarta kami tempuh dalam satu malam. Di kereta pula aku menyatap sahur dengan beberapa potong roti secara diam-diam, karena teman sebangkuku masih tidur pulas. Sampailah kami di stasiun Jatinegara saat subuh hari, dan kami melaksanakan sholat subuh di mushola seberang stasiun. Teman-teman mandi dan mengganti baju di sana, aku? Mencari toilet umum dan mandi. Banyak mushola di kota-kota besar akan di kunci ketika tidak digunakan, jadi hanya pada waktu sholat datang mushola akan dibuka. Jadi kami pun terusir dari mushola karena mushola harus dikunci.



have a chat before the registration


Menggunakan komuter untuk mencapai Teater Salihara kami tempuh. Sampai di stasiun yang ku lupa entah apa namanya kami turun. Ndilallah, kami bertemu teman-teman penulis dari Jawa Tengah seperti dari Jogja, Purbalingga, Solo dan maaf lupa lagi yang lainnya sekitar 5-7 orang plus kami bereempat total kami bersebelas barangkali (ah,,,parah ternyata ingatanku). Aku menjadi satu-satunya perempuan, dan aku tak merasa terintimidasi justru sebaliknya. Aku menuntun mereka menuju tempat kami tuju, Teater Salihara. Menggunakan angkot, kami sampai di Teater Salihara.

Kami registrasi sekitar pukul delapan, sedang acara dimulai pukul sepuluh. Jadi kami meluangkan waktu dengan berkenalan dengan penulis lain. Yang paling aku ingat adalah kenalan dengan mba Desi. Penulis asal Jawa Timur yang lama tinggal di Jogja dan salah satu karyanya telah di filmkan di tahun 2014, Strawberry Surprise! Dia menjadi salah satu orang mengesankan saat kenalan di sana karena mba Desi mau memberikan salah satu bukunya buatku, buku tentang pendidikan.

random awesome!
Konsep acara silaturahmi cukup sederhana tapi kaya! Banyak penyuguh inspirasi yang keren abis seperti Pak Anis Baswedan–yang sekarang jadi menteri pendidikan-dengan konsep “Bayar utang” bagi orang-orang kaya dan sukses untuk dunia pendidikan dengan memberikan beasiswa, mas Wahyu Aditama yang keren karena design dan Kementrian Design Indonesia-nya (KDI), mas Billy Boen karena idenya, para CEO di Mizan (termasuk Bentang dan Noura Book), Pak Iswoyo dengan ice breakingnya yang segar, dan penampilan grup musisi asal Bandung yang pecahbanget! Di sana pula hadir penulis muslimah yang dikenal sebagai salah satu pelopor penulisan fiksi islami, mba Asma Nadia bersama suami, mas Isa Alamsyah. Kami senang bertukar sapa dengannya.

Booklicious rockin' the block (without me, hiks )
Acara ditutup dengan jamuan makan malam di halaman belakang gedung. Suasana terasa begitu hangat dengan riuh canda masing-masing orang dengan sahabat penulisnya. Kami kemudian diantar ke guess house menginap, ruang kamarku dengan kamar mba Desi berdekatan. Ketika itu aku sempat masuk ke kamar mba Desi untuk minta tolong mengirim e-mail. Mba Desi bilang, dia akan ingat aku sebagai ninja bersarung karena saat aku masuk ke kamarnya, aku mengenakan sarung dengan diikat dan menutupi kepala hanya menyisakan celah untuk kedua mataku. Pagi harinya aku bergegas menuju ke rumah abangku di Pondok Bambu. Jadi aku tak sempat menyalami teman-teman bahkan teman-teman Booklicious. mereka sempat mengambil foto bersama di depan guess house, tapi aku tidak.

I wish to be like her, be productive with bunch of creative work!
The True muslimah :)
Teman-teman Booklicious menyempatkan berkunjung ke kantor Noura dan Zaman, tapi aku tidak L. Bahkan mereka pergi ke Ragunan yang sedang kurang beruntung karena Ragunan sedang di tutup. Kami bertemu kembali di pagi esok harinya di stasiun untuk pulang ke Malang. Cerita pun kami tutup sampai di sana. Semoga akan ada banyak kesempatan untuk kami bersilaturahmi sehingga kami bisa mengenakan Booklicious lebih luas lagi seperti kesempatan di Salihara yang kami gunakan untuk mengenalkan Booklicious pada beberapa penulis yang dengannya kami sempat bercengkrama.

hope for another amazing experience
 Booklicious- Nikmati Kelezatan di Setiap Lembarnya!

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer